Tidak seperti biasanya, pengepungan kali ini berjalan begitu lama. Maslamah, sang panglima khalifah tidak dapat menentukan sampai bila pengepungan berhasil. Instinct kepemimpinannya segera menuntunnya ntuk melakukan pengintaian secara rahsia. Ia berniat mencari celah untuk menembus benteng. Maslamah yakin, kemenangan akan diperoleh, jika pasukannya mampu menembus benteng. Setelah mengadakan penelitian dengan saksama, maslamah menyimpulkan terdapat lorong yang dapat ditembus. Dikhemahnya, Maslamah membicarakan hal tersebut dengan beberapa perwira. Maslamah mengajukan siapa di antara mereka yang berani masuk menembus lorong tapi semuanya diam………..
Tiba-tiba datang tentara berkuda dengan wajah tertutup cadar yang menyatakan sanggup melaksanakan tugas menembus lorong saat itu juga kerana waktu itu di nilai saat yang tepat untuk menyusup. Beberapa waktu kemudian terdengar teriakan takbir dari pintu benteng. Dia telah berhasil membuka pintu benteng setelah membunuh penjaganya kemudian bertakbir dengan lantang, suara itu seketika membangkitkan semangat kaum muslimin. Bagaikan air bah, para mujahidin fi sabilillah itu menyerbu ke dalam benteng.
Akhirnya, benteng dikuasai dan musuh dapat dihancurkan. Perang pun selesai, Maslamah memikirkan perajurit bercadar. Ia perintahkan seluruh perwira untuk mencari, siapakah sebenarnya perajurit bercadar itu. Sampai waktu yang lama, tak ada yang mengaku.
Namun tak berselang lama, datanglah orang bercadar dengan berjalan kaki. Setibanya di depan Maslamah, ia bertanya,
”Apakah tuan masih mencari perajurit bercadar?”
”Benar. Kaukah orangnya?”
”Saya dapat menunjukkan orangnya, asal Tuan mau berjanji kepadaku!”
”Baiklah. Apa yang harus kujanjikan untukmu ?”
”Tuan jangan menanyakan siapa namanya. Tuan jangan memberi hadiah apa pun kepadanya. Dan ketiga, Tuan jangan menceritakan kepada seseorang pun! Apakah Tuan mahu berjanji memenuhi tiga syarat itu?
”Apakah tuan masih mencari perajurit bercadar?”
”Benar. Kaukah orangnya?”
”Saya dapat menunjukkan orangnya, asal Tuan mau berjanji kepadaku!”
”Baiklah. Apa yang harus kujanjikan untukmu ?”
”Tuan jangan menanyakan siapa namanya. Tuan jangan memberi hadiah apa pun kepadanya. Dan ketiga, Tuan jangan menceritakan kepada seseorang pun! Apakah Tuan mahu berjanji memenuhi tiga syarat itu?
”Ya, saya berjanji. Tak akan aku bertanya siapa namanya, tak akan aku beri hadiah kepadanya, dan tak akan menceritakan hal dirinya kepada siapa pun.”
”Ketahuilah panglima, orang itu adalah adalah yang ada di hadapan Tuan.”
Mendengar itu, Maslamah seketika memeluk erat tentara yang ada didepannya.
Tentara bercadar itu pun berlalu, Maslamah mengangkat tangan dan berdo’a, "Ya Allah kumpulkanlah aku di syurga dengan orang bercadar itu"
No comments:
Post a Comment